Jasa Gajah Mada terhadap Majapahit dan persatuan nusantara memang teramat besar. Namun disamping semua prestasi tak tertandingi yang telah terukir dalam tinta emas sejarah Nusantara, Gajah Mada tetaplah seorang manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Salah satu kesalahan terbesar Gajah Mada adalah kelalaiannya dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Sehingga ketika saatnya Gajah Mada meletakkan jabatannya, tidak ada pengganti yang cukup cakap untuk menjadi suksesornya.
Kita tentu sepakat bahwa Gajah Mada merupakan salah satu pemimpin besar Hindu yang pernah dilahirkan di tanah Nusantara. Demikian pula kita patut berterima kasih kepada sosok Gajah Mada atas prestasi terbesarnya, yaitu berhasil mempersatukan wilayah Nusantara di bawah panji kerajaan Majapahit. Sejarah mencatat bagaimana seorang putra yang tidak diketahui asal-usulnya, tidak diketahui di mana persisnya dia dilahirkan dan orang bahkan tidak tahu siapa orang tuanya, telah mampu menjadi Mahapatih yang sangat termasyur dan sanggup menakhlukan hampir seluruh wilayah Nusantara sehingga tunduk kepada kerajaan Majapahit. Sumpah Palapa yang sangat terkenal, yang pernah diikrarkan Gajah Mada benar-benar telah membuatnya menjadi seorang negarawan sejati yang setia mengabdi untuk kedaulatan Majapahit.
Gajah Mada mulai mencuat namanya ketika menjadi pemimpin pasukan pengawal raja dan berhasil mengungsikan raja ketika itu, yakni Sri Jayanegara sehinga selamat dari ancaman pemberontakan Kuti. Adapun jabatan sebagai Patih Mangkubumi yang yang disandangnya adalah tidak lepas dari jasa Arya Tadah, seorang negarawan senior yang kala itu menjabat sebagai Patih Mangkubumi. Arya Tadah rela melepaskan jabatannya untuk memberikan kesempatan kepada Gajah Mada, seorang pemuda yang diyakininya mampu mengemban tugas berat yang dibebankan di atas pundaknya. Dan memang keputusan itu tidaklah keliru sehingga Arya Tadah pastilah sangat bangga ketika menyadari bahwa Gajah Mada berhasil melampaui pencapaiannya sebagai Mahapatih Majapahit.
Pengabdian, kerja keras, dan loyalitas Gajah Mada terhadap kedaulatan raja Majapahit dan persatuan nusantara memang teramat besar. Namun disamping semua prestasi tak tertandingi yang telah terukir dalam tinta emas sejarah Nusantara, Gajah Mada tetaplah seorang manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Salah satu kesalahan terbesar Gajah Mada adalah bahwa ternyata Gajah Mada adalah seorang Mahapatih yang egois. Dengan semua kecakapan yang dimilikinya, Gajah Mada memegang kendali semua urusan keneraraan yang strategis. Gajah Mada adalah seorang kepala pemerintahan sekaligus panglima tertingi angkatan perang Majapahit dan memegang kendali atas semua urusan negara. Selama kurun waktu antara tahun 1331-3360 yaitu selama perode pemerintahan Ratu Tribuana Tunggadewi dan Raja Hayam Wuruk, Gajah Mada adalah sosok tak tergantikan dalam urusan-urusan kenegaraan. Karena wewenang yang terlalu besar inilah Gajah Mada lupa memberikan kesempatan kepada talenta-talenta lain terutama generasi muda Majapahit untuk menduduki jabatan-jabatan strategis sehingga nantinya bisa menjadi suksesor ketika tiba saatnya Gajah Mada pensiun.
Karena satu kelalaian ini, yang mungkin saja tidak pernah disadari Gajah Mada, berakibat sangat besar terhadap masa depan Majapahit dan wilayah Nusantara yang dengan susah payah telah dipersatukan. Pengabdian dan kerja keras Gajah Mada untuk kejayaan Majapahit seolah tidak berguna, penyebabnya tentu saja adalah ketika Gajah Mada pensiun dari jabatannya, ternyata tidak ada seorang penerus yang sehebat dirinya. Tunas-tunas baru yang tumbuh ternyata tidak bisa mendapatkan cukup nutrisi dan menjadi pohon-pohon yang kerdil karena terhalang oleh rimbunnya daun dan kuatnya akar pohon besar. Sehingga ketika pada akhirnya pohon besar yang menaungi itu menjadi rapuh dan tumbang karena usia, tunas-tunas baru yang tumbuh disekitarnya tidak bisa menjadi sebesar pohon penaungnya.
Gajah Mada mungkin sudah berusaha mendidik dan mempersiapkan kader-kader muda, mungkin memang pemimpin besar tidak lahir tiap hari. Tetapi masalahnya disini, Gajah Mada hanya mendidik dan menggembleng kader-kader muda tanpa memberi mereka kesempatam berkembang yaitu dengan cara mempercayakan posisi penting. Maka tidak aneh ketika Gajah Mada mundur dari jabatannya, posisi Mahapatih yang ditinggalkannya menjadi lowong. Hampir selama tiga tahun yaitu antara tahun 1364 sampai tahun 1367, raja Hayam Wuruk turun tangan langsung dalam urusan pemerintahan negara karena beliau sangat kesulitan mencari sosok yang cocok untuk menggantikan posisi Gajah Mada.
Gajah Mada meletakkan jabatannya sebagai Mahapatih ketika matahari kejayaan Majapahit berada pada puncaknya, ketika hampir semua kerajaan Nusantara telah tunduk pada kedaulatan raja Majapahit. Pensiunnya Gajah Mada kemudian membuat Raja Hayam Wuruk harus bekerja sendiri. Ditambah lagi karena tidak adanya seorang pemimpin juara sekaliber Gajah Mada maka Majapahit berangsur angsur mengalami kemunduran, Ibarat matahari yang semakin condong kebarat seiring dengan beranjaknya siang menuju sore hari.
Gajah Mada digantikan oleh Gajah Enggon (1367-1394), kemudian Gajah Manguri (1394-1398) disusul oleh Gajah Lembana (1398-1410) dan Tuan Kanaka (1410-1430). Dari semua Mahapatih yang menjabat setelah era Gajah Mada, ternyata memang tidak ada yang memiliki kualitas yang menyamai atau paling tidak bisa mendekati kecakapan Gajah Mada. Sehingga tidak heran jika hampir tidak ada prestasi besar yang berhasil diperbuat oleh mereka. Setelah wafatnya Hayam Wuruk, perjalanan Majapahit diwarnai oleh perebutan kekuasaan diantara putra mahkota. Keadaan ini semakin membuat posisi Majapahit menjadi lemah dan mengalami kemunduran. Daerah-daerah yang dengan susah payah dipersatukan Gajah Mada satu persatu melepaskan diri. Dan seiring dengan menguatnya pengaruh Islam di Nusantara, muncullah kerajaan-kerajaan Islam yang semakin menenggelamkan kejayaaan Majapahit. Sehingga pada akhirnya Majapahit hilang dari muka bumi.
Gajah Mada adalah seorang negarawan sejati, salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki Nusantara, beliau yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk kejayaan Majapahit ternyata juga memiliki andil yang cukup besar terhadap keruntuhan kerajaan nusantara terbesar tersebut. Kelalaiannya yang kurang memberi perhatian terhadap generasi muda yang notabena adalah tulang punggung dan jaminan atas kelangsungan hidup sebuah Negara ternyata harus dibayar mahal yaitu ketidakmampuan Majapahit bertahan dari perkembangan jaman setelah lengsernya Gajah Mada.
Sumber bacaan:
Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara / Muhammad Yamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar