Dewabrata, putra ke-8 Santanu yang lahir dari rahim seorang Dewi penghuni surga, Gangga. Demi mewujudkan keinginan ayahnya untuk memperistri Satyawati, Dewabrata rela mengucapkan sumpah yang teramat berat: tidak akan menikah selama hidupnya. Karena sumpahnya itu Dewabrata lebih dikenal dengan nama BHISMA.
Di tepi sungai Gangga, Santanu, raja Hastinapura, dalam perjalanannya ketika hendak berburu. Ia melihat seorang wanita cantik yang kulitnya berkilau, matanya besar berbinar dan rambutnya panjang terurai.Raja Santanu terpikat pada kecantikan wanita itu. Ia lalu mendekat, menyapanya, menanyakan namanya, lalu mengutarakan niatnya dan meminta wanita itu untuk menjadi istrinya.
Wanita itu adalah Dewi Gangga. Ia bersedia menjadi istri raja Santanu dengan syarat sang raja berjanji tidak akan melarang perbuatannya dalam keadaan apapun. Jika raja Santanu melanggar janjinya, Dewi Gangga akan pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah kembali lagi.
Raja Santanu setuju. Ia mengucapkan janji lalu membawa Dewi Gangga menuju Hastinapura.
Beberapa bulan kemudian, Dewi Gangga melahirkan putra pertama mereka. Sesaat setelah bayinya lahir, Dewi Gangga bergegas menuju sungai. Raja Santanu yang curiga lalu mengikuti istrinya. Dari kejauhan, raja Santanu melihat Dewi Gangga menenggelamkan begitu saja bayi mereka ke sungai. Raja Santanu sedih, namun tidak bisa berbuat apa-apa karena terikat pada janjinya.
Kejadian ini terjadi lagi saat bayi berikutnya lahir. Lagi lagi Dewi Gangga menenggelamkan bayi itu. Kejadian itu terulang sebanyak tujuh kali. Raja Santanu sangat sedih, namun tetap diam saja. Ia takut Dewi Gangga akan pergi meninggalkannya apabila ia melanggar janjinya.
Putra mereka yang kedelapan kemudian lahir. Sang Raja sudah tidak tahan lagi. Keinginan untuk memiliki putra sangat kuat melebihi ketakutannya kehilangan istrinya. Ketika Dewi Gangga sekali lagi hendak menenggelamkan bayinya, sang raja menahannya. Ia mengatakan bahwa ia tidak tahan lagi melihat semua putranya mati ditenggelamkan. Ia meminta Dewi Gangga agar putra mereka yang kedelapan dibiarkan hidup.
Dewi Gangga tersenyum, lalu mengatakan bahwa waktunya telah tiba dimana ia harus pergi, karena raja Santanu telah melanggar janjinya. Bayi itu dibawa bersamanya, dan kelak, ketika sudah waktunya tiba, ia akan mengantarkannya kembali kepada raja Santanu. Bayi itu diberi nama Dewabrata.
Sebelum pergi, Dewi Gangga lalu mengatakan kepada raja Santanu bahwa ia adalah Dewi yang berasal dari surga. Sedangkan kedelapan putra yang ia lahirkan merupakan titisan dari Astabasu atau delapan Wasu. Dahulu kala, para Wasu pernah mencuri lembu sakti milik Rsi Wasista. Mereka lalu dikutuk oleh sang Rsi agar terlahir sebagai manusia. Wasu yang kedelapan, yang merupakan otak pencurian itu, dikutuk agar hidup lebih lama sebagai manusia. Tindakan Dewi Gangga menenggelamkan bayi-bayi itu adalah untuk membebaskan jiwa mereka agar segera mencapai surga, tempat asal para Wasu.
Dewi Gangga lalu menghilang. Ia pergi meninggalkan raja Santanu dengan membawa serta bayi mereka.
Enam belas tahun kemudian, saat raja Santanu sedang berkeliling di tepi sungai Gangga. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Seseorang telah membendung sungai itu dengan anak panah! Kemudian, Raja Santanu menyadari kemunculan Dewi Gangga di sampingnya.
Kedatangan Dewi Gangga ternyata tidak sendirian, ia ditemani seorang pemuda tampan. Dewi Gangga lalu mengatakan kepada raja Santanu bahwa pemuda itu adalah putranya. Dialah yang membendung sungai dengan anak panahnya, demikian kata Dewi Gangga memperkenalkan Dewabrata.
Raja Santanu begitu bahagia dan bersama putranya ia menuju Hastinapura.
Empat tahun telah berlalu sejak raja Santanu mengangkat Dewabrata sebagai putra mahkota.
Suatu hari, raja Santanu pergi berburu seorang diri. Di tepi sungai Yamuna, ia mencium aroma wewangian. Raja Santanu terus berjalan mencari sumber wewangian itu. Ia akhirnya menemukan bahwa sumber keharuman itu adalah seorang wanita. Dilihatnya seorang wanita yang sangat cantik sedang berada diatas perahu. Raja Santanu jatuh cinta kemudian mendekati wanita itu. Wanita itu pun memperkenalkan dirinya, dan mengatakan bahwa ia bernama Satyawati, putri seorang nelayan.
Raja Santanu lalu meminta Satyawati menjadi istrinya. Satyawati kemudian mengatakan bahwa sang raja sebaiknya meminta ijin kepada ayahnya terlebih dahulu. Mereka berdua lalu pergi menemui, Dasabala, ayah Satyawati
Dasabala mengatakan bahwa ia mengijinkan putrinya untuk menjadi istri raja Santanu dengan satu syarat. Ia ingin putra dari Satyawati yang menjadi pewaris tahta Hastinapura.
Raja Santanu terkejut mendengar syarat itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia memikirkan Dewabrata, putranya yang telah dinobatkan sebagai putra mahkota. Ia tidak mungkin mengkhianati putranya. Dengan perasan sedih, sang Raja lalu pulang ke istana.
Setelah kepulangannya dari tepi sungai Yamuna, Raja Santanu menjadi murung dan suka menyendiri. Dewabrata yang menyadari perubahan sikap itu lalu menemui ayahnya.
Karena Raja Santanu tidak mau berterus terang, lalu Dewabrata menemui kusir kereta ayahnya untuk mencari tahu. Ternyata ayahnya sedang jatuh cinta kepada seorang wanita dan ingin memperistrinya. Namun ayah dari wanita itu mengajukan syarat yang terlampau berat.
Dewabrata lalu berangkat ke tepi sungai Yamuna. Ia menemui Satyawati lalu memintanya agar dibawa menemui Dasabala. Dihadapan Dasabala, ayah Satyawati, Dewabrata lalu melamar Satyawati untuk ayahnya.
Kepada Dewabrata, Dasabala mengatakan bahwa kehormatan telah datang padanya ketika raja Santanu ingin menikahi putrinya. Tetapi ia mengajukan satu syarat, putra dari Satyawati lah yang ia inginkan untuk menjadi pewaris tahta Hastinapura.
Dewabrata lalu mengatakan bahwa jika Dasabala ingin cucunya menjadi raja menggantikan raja Santanu, maka itu akan terjadi. Dewabrata berjanji akan menarik haknya atas tahta Hastinapura.
Tatapan tak percaya memenuhi mata Dasabala, ia lalu tersenyum dan mengatakan bahwa ia percaya kepada janji Dewabrata. Tetapi bagaimana ia bisa yakin bahwa putra Dewabrata kelak tidak akan menuntut haknya dari cucunya. Jaminan apa yang ia punyai bahwa putra Dewabrata kelak tidak akan menuntut hak putra Satyawati?
Dewabrata terkejut dengan ambisi besar Dasabala. Untuk lebih meyakinkan Dasabala, Dewabrata lalu bersumpah tidak akan menikah. Demi langit dan bumi ia bersumpah bahwa ia akan membujang seumur hidupnya.
Setelah Dewabrata mengucapkan sumpahnya, bunga-bunga ditaburkan dari surga. Kata Bhisma lalu terdengar dari keempat penjuru arah.
Dasabala kemudian menyerahkan Satyawati. Dewabrata memberikan hormat kepada calon ibunya, lalu bersama-sama berangkat menuju Hastinapura.
Sesampainya di istana, Dewabrata mengantarkan Satyawati kepada ayahnya. Sementara langit masih menyuarakan Bhisma, Bhisma dengan keharuan. Raja Santanu akhirnya menyadari apa yang telah terjadi. Ia terpukul dan sangat sedih. Sang Raja tidak tahan memikirkan putranya yang begitu tampan, tangkas dan mulia menjalani sumpah untuk tidak menikah demi kebahagiannya.
Dengan semua pahala dari hasil tapanya, raja Santanu lalu memberikan anugerah kepada Dewabrata. Kematian harus menunggunya. Dewabrata akan mati saat ia menginginkannya. Demikian anugrah Raja Santanu kepada putranya.
Dan sejak saat mengucapkan sumpah yang sangat berat itu, Dewabrata dikenal dengan nama Bhisma.
Kedatangan Dewi Gangga ternyata tidak sendirian, ia ditemani seorang pemuda tampan. Dewi Gangga lalu mengatakan kepada raja Santanu bahwa pemuda itu adalah putranya. Dialah yang membendung sungai dengan anak panahnya, demikian kata Dewi Gangga memperkenalkan Dewabrata.
Raja Santanu begitu bahagia dan bersama putranya ia menuju Hastinapura.
Empat tahun telah berlalu sejak raja Santanu mengangkat Dewabrata sebagai putra mahkota.
Suatu hari, raja Santanu pergi berburu seorang diri. Di tepi sungai Yamuna, ia mencium aroma wewangian. Raja Santanu terus berjalan mencari sumber wewangian itu. Ia akhirnya menemukan bahwa sumber keharuman itu adalah seorang wanita. Dilihatnya seorang wanita yang sangat cantik sedang berada diatas perahu. Raja Santanu jatuh cinta kemudian mendekati wanita itu. Wanita itu pun memperkenalkan dirinya, dan mengatakan bahwa ia bernama Satyawati, putri seorang nelayan.
Raja Santanu lalu meminta Satyawati menjadi istrinya. Satyawati kemudian mengatakan bahwa sang raja sebaiknya meminta ijin kepada ayahnya terlebih dahulu. Mereka berdua lalu pergi menemui, Dasabala, ayah Satyawati
Dasabala mengatakan bahwa ia mengijinkan putrinya untuk menjadi istri raja Santanu dengan satu syarat. Ia ingin putra dari Satyawati yang menjadi pewaris tahta Hastinapura.
Raja Santanu terkejut mendengar syarat itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia memikirkan Dewabrata, putranya yang telah dinobatkan sebagai putra mahkota. Ia tidak mungkin mengkhianati putranya. Dengan perasan sedih, sang Raja lalu pulang ke istana.
Setelah kepulangannya dari tepi sungai Yamuna, Raja Santanu menjadi murung dan suka menyendiri. Dewabrata yang menyadari perubahan sikap itu lalu menemui ayahnya.
Karena Raja Santanu tidak mau berterus terang, lalu Dewabrata menemui kusir kereta ayahnya untuk mencari tahu. Ternyata ayahnya sedang jatuh cinta kepada seorang wanita dan ingin memperistrinya. Namun ayah dari wanita itu mengajukan syarat yang terlampau berat.
Dewabrata lalu berangkat ke tepi sungai Yamuna. Ia menemui Satyawati lalu memintanya agar dibawa menemui Dasabala. Dihadapan Dasabala, ayah Satyawati, Dewabrata lalu melamar Satyawati untuk ayahnya.
Kepada Dewabrata, Dasabala mengatakan bahwa kehormatan telah datang padanya ketika raja Santanu ingin menikahi putrinya. Tetapi ia mengajukan satu syarat, putra dari Satyawati lah yang ia inginkan untuk menjadi pewaris tahta Hastinapura.
Dewabrata lalu mengatakan bahwa jika Dasabala ingin cucunya menjadi raja menggantikan raja Santanu, maka itu akan terjadi. Dewabrata berjanji akan menarik haknya atas tahta Hastinapura.
Tatapan tak percaya memenuhi mata Dasabala, ia lalu tersenyum dan mengatakan bahwa ia percaya kepada janji Dewabrata. Tetapi bagaimana ia bisa yakin bahwa putra Dewabrata kelak tidak akan menuntut haknya dari cucunya. Jaminan apa yang ia punyai bahwa putra Dewabrata kelak tidak akan menuntut hak putra Satyawati?
Dewabrata terkejut dengan ambisi besar Dasabala. Untuk lebih meyakinkan Dasabala, Dewabrata lalu bersumpah tidak akan menikah. Demi langit dan bumi ia bersumpah bahwa ia akan membujang seumur hidupnya.
Setelah Dewabrata mengucapkan sumpahnya, bunga-bunga ditaburkan dari surga. Kata Bhisma lalu terdengar dari keempat penjuru arah.
Dasabala kemudian menyerahkan Satyawati. Dewabrata memberikan hormat kepada calon ibunya, lalu bersama-sama berangkat menuju Hastinapura.
Sesampainya di istana, Dewabrata mengantarkan Satyawati kepada ayahnya. Sementara langit masih menyuarakan Bhisma, Bhisma dengan keharuan. Raja Santanu akhirnya menyadari apa yang telah terjadi. Ia terpukul dan sangat sedih. Sang Raja tidak tahan memikirkan putranya yang begitu tampan, tangkas dan mulia menjalani sumpah untuk tidak menikah demi kebahagiannya.
Dengan semua pahala dari hasil tapanya, raja Santanu lalu memberikan anugerah kepada Dewabrata. Kematian harus menunggunya. Dewabrata akan mati saat ia menginginkannya. Demikian anugrah Raja Santanu kepada putranya.
Dan sejak saat mengucapkan sumpah yang sangat berat itu, Dewabrata dikenal dengan nama Bhisma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar