Hari Purnama merupakan waktu pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Candra sedangkan pada saat bulan mati atau Tilem merupakan waktu pemujaan kepada Dewa Surya.
Purnama dan Tilem merupakan dua bentuk peristiwa alam sebagai akibat dari perputaran bulan dan bumi mengelilingi matahari. Purnama dan Tilem terjadi silih dan berganti setiap lima belas hari sekali.Tahap perjalanan dari Tilem (fase gelap) menuju Purnama (fase terang) disebut dengan Penanggal atau dikenal dengan istilah Suklapaksa. Sedangkan tahap perjalanan dari Purnama (fase terang) menuju Tilem (fase gelap) disebut dengan Panglong atau dikenal dengan istilah Kresnapaksa
Bulan dalam penampakannya yang menuju fase terang dan fase gelap tersebut, akan terdapat tahapan-tahapan perubahan wujud bulan yang tampak dari bumi.
Panglong dihitung dari sehari setelah Purnama, yaitu dari Panglong pertama sampai Panglong ke-15. Panglong ke-15 inilah yang disebut dengan Tilem.
Sedangkan Penanggal, dihitung dari sehari setelah bulan mati atau Tilem sampai dengan Penanggal ke-15. Penanggal ke-15 inilah yang disebut dengan Purnama.
Purnama adalah puncak dari kutub Penanggal sedangkan tilem adalah puncak dari kutub Panglong.
Fenomena alam Purnama dan Tilem ternyata berpengaruh besar terhadap konstelasi gerakan alam maupun kehidupan di muka bumi.
Pengaruh Gravitasi bulan terhadap bumi mencapai puncaknya pada saat Purnama dan Tilem. Misalnya, karena besarnya pengaruh gravitasi itu, maka pada saat bulan Purnama dan Tilem akan menyebabkan pasang naik yang sangat tinggi dan surut yang sangat rendah pada permukaan air laut. Hal itu juga berpengaruh terhadap perilaku manusia dan makhluk hidup lainnya.
Hal ini erat kaitannya dengan konsep Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Alam semesta/macro cosmos (Bhuana Agung) dan tubuh manusia serta makhluk hidup lainnya/mikrokosmos (Bhuana Alit) disusun oleh unsur yang sama yang disebut dengan Panca Maha Bhuta.
Panca Maha Bhuta terdiri dari apah atau unsur cair; teja atau unsur cahaya, panas atau api; bayu atau unsur udara; pertiwi atau unsur padat dan akasa atau unsur ruang.
Apa yang terdapat dalam Bhuana Agung juga terdapat di dalam Bhuana Alit. Dan apa yang terjadi pada Bhuana Agung juga terjadi di dalam Bhuana Alit.
Bumi (Bhuana Agung) dan tubuh manusia (Bhuana Alit) keduanya sebagian besar tersusun atas apah atau unsur cair. Sekitar 72 persen bagian dari Bumi tertutup air. Sedangkan hampir 60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan.
Sehingga sangat masuk akal apabila besarnya gravitasi bulan pada saat Purnama dan tilem, selain berpengaruh terhadap pasang surutnya air di muka bumi juga berpengaruh terhadap pasang surutnya cairan pada tubuh manusia/makhluk hidup.
Terminologi Suklapaksa atau Penanggal maupun Kresnapaksa atau Panglong, yang puncak dari proses tersebut adalah pada hari Purnama serta Tilem, memiliki makna yang sangat penting.
Penanggal mengandung makna pertumbuhan, suatu perkembangan menuju ke arah kebaikan serta berpuncak pada hari purnama. Sedangkan panglong mengandung makna terjadinya proses penurunan, penyusutan, kegelapan, dan berpuncak pada hari tilem.
Apabila seseorang ingin melakukan suatu upacara yang secara simbolis berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan atau upacara Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya maupun Manusa Yadnya, biasanya dilakukan pada saat Purnama.
Demikian pula sebaliknya, jika upacara-upacara yang bersifat penyucian kembali alam semesta atau upacara Bhuta Yadnya, seperti misalnya Tawur Agung, maka dilakukan pada saat tilem.
Menurut lontar Sundarigama, pada saat Purnama diyakini sebagai waktu beryoganya Dewa Candra dan saat Tilem merupakan waktu beryoganya Dewa Surya, yang mana keduanya dikatakan sebagai simbol dari Rwa-bhineda.
Konsep Rwa-bhineda ini diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk ungkapan ataupun simbol-simbol, seperti purusa (positif) dan pradana (negatif), laki-laki dan wanita, siang dan malam, serta baik dan buruk.
Konsep Rwa-bhineda memiliki makna yang sangat penting dalam filosofi Hindu. Konsep ini mencerminkan adanya dua kutub kekuatan positif dan negatif yang senantiasa bersinergi satu dengan yang lainnya serta melahirkan berbagai bentuk ciptaan demi berlangsungnya kehidupan di alam ini secara harmonis.
Purnama dan Tilem merupakan hari yang sangat tepat untuk melakukan penyucian diri secara lahir maupun batin, serta upaya meningkatkan kualitas diri secara spiritual.
Umat Hindu meyakini bahwa, apabila seseorang melakukan perbuatan yang baik pada hari Purnama dan Tilem, maka perbuatan baik yang telah dilakukannya tersebut akan mendapatkan pahala yang berlimpah-limpah.
Itulah sebabnya mengapa pelaksanaan upacara yadnya sering dilakukan pada saat hari purnama dan tilem.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, hari Purnama dan Tilem memiliki makna yang sangat penting bagi umat Hindu. Hari Purnama dan Tilem merupakan hari pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasinya sebagai Dewa Candra dan Dewa Surya.
Purnama dan Tilem juga merupakan hari yang baik untuk pelaksanaan berbagai upacara Yadnya.
Ditinjau dari segi etika, hari Purnama dan Tilem memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membentuk watak dan perilaku manusia agar lebih mengedepankan perbuatan-perbuatan yang didasarkan atas dharma serta menghindari perbuatan-perbuatan adharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar