Kata leak atau liyak sudah mendarah daging di benak masyarakat Bali, namun dengan konotasi negatif. Sehingga dengan hanya membicarakannya saja sudah mampu membuat bulu kuduk merinding sebagai pertanda timbulnya rasa takut.
Dalam mitologi Bali, Leak kerap diidentikkan dengan perilaku jahat para penganut ajaran kiri atau pengiwa, yakni berupa kepala manusia dengan organ-organ yang masih menggantung pada kepala itu. Leak dikatakan dapat terbang untuk mencari wanita hamil, untuk kemudian menghisap darah bayi yang masih di kandungan.
Konon, Leak adalah manusia biasa yang mempraktikkan sihir jahat atau penekun ilmu hitam yang bisa mencelakai korbannya bahkan menyebabkan kematian. Ada juga yang mendefinisikan leak sebagai manusia yang bisa berubah wujud menjadi sosok siluman atau makhluk jadi-jadian.
Dikatakan juga bahwa Leak berwujud menyeramkan dengan mata besar, bergigi taring dengan perawakan yang tinggi dan besar serta berbulu, dengan lidah yang menjulur panjang.
Konon, sebelum ilmu medis berkembang seperti sekarang, dalam kepercayaan orang Bali, bila ada orang yang tadinya terlihat sehat tiba-tiba meninggal dunia, dia amah leak atau dimakan leak. Bila ada bayi mati dalam kandungan, dia amah leak. Pokoknya jika ada kematian mendadak atau misterius, bisa dipastikan itu ulah leak. Tidak jarang terjadi keributan di tengah masyarakat, hanya gara-gara dugaan terhadap seseorang yang dituduh bisa ngeleak.
Lalu kenapa leak itu membunuh atau mencelakai manusia? Konon, untuk menaikkan tingkatan ilmunya, seorang penekun ilmu ini butuh tumbal manusia. Korbannya biasanya orang yang dibenci atau bayi baru lahir. Bisa juga dengan cara memakan mayat yang baru dikubur. Konon, Leak akan menyedot prana atau daya hidup korbannya melalui ubun-ubun atau lubang dubur, sehingga korbannya itu sakit gering, kemudian mati mengenaskan.
Pada legenda Bali, Leak memiliki banyak jenis, diantaranya perubahan wujud menjadi berbagai macam makhluk, seperti binatang Anjing, Monyet, Api, Garuda Emas, Rangda, Bade Emas dan Celuluk. Perwujudan Leak dikatakan dapat berubah berdasarkan tingkatan ilmu Leak yang dikuasai oleh penekunnya.
Paling umum, leak dikatakan berubah wujud menjadi endihan, yakni berupa bola api sebesar kepalan tangan orang dewasa. Bola api ini tidak berkobar-kobar, namun nyalanya lebih mirip seperti bara api, dengan warna kuning kemerahan, dan terbang melayang layang.
Tak jarang, di malam-malam tertentu, para penekun ilmu leak mengadakan pertemuan rahasia dengan wujud endihan ini, sehingga nampak seperti puluhan cahaya kunang-kunang di kejauhan. Mereka juga terkadang bertanding adu kesaktian, bahkan sampai beradu nyawa. Fenomena ini disebut Siyat peteng atau duel malam hari. Orang-orang yang penasaran sering mengintip dan menyaksikan fenomena ini.
Begitulah asumsi masyarakat tentang leak, selalu dipersonifikasikan dengan gambaran sosok menyeramkan atau menakutkan, seperti rambut putih acak-acakan dan panjang, gigi taring mencuat keluar, mata melotot, lidah menjulur panjang, dan payudara menjuntai.
Padahal sesungguhnya, liak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali, leak atau liak itu sendiri berarti lina aksara yakni memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu. Aksara yang dimaksud adalah na, ma, si, wa, ya.
Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan, Ma adalah egoism yang membelenggu roh, Si adalah cerminan Tuhan, sedangkan Wa adalah anugrah, dan Ya adalah jiwa. Jika diperhatikan namasiwaya merupakan mantra kepada pemujaan Dewa Siwa di mana japa mantra aslinya adalah “Om nama Siwa ya” yang artinya puja kehadapan Tuhan yang bermanifestasi sebagai Dewa Siwa.
Kekuatan aksara ini disebut Panca Gni Aksara, dimana bagi siapapun yang mempelajari tingkat kerohanian itu, apabila berhasil mencapai puncaknya dipercaya akan mengeluarkan cahaya magis. Pada kondisi seperti itulah sensasi berupa kepuasan rohani atau spiritual akan dapat dinikmati oleh yang bersangkutan.
Jadi, pada prinsipnya ilmu leak itu tidak bersifat menyakiti atau tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang. Sebab yang di pelajari adalah bagaimana mampu mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut. Selain itu ilmu leak juga mempunyai sasana atau etika-etika tersendiri yang wajib dipatuhi.
Jika kemudian terdapat ilmu yang bertujuan menyakiti, sebagaimana telah menjadi pandangan umum, sesungguhnya itu bukan ilmu leak, melainkan apa yang lumrah disebut Aji Wegig, ilmu teluh atau teranjana. Ilmu teluh dan teranjana inilah yang kenyataannya bersifat negatif, yang dipelajari atau dikuasai untuk tujuan menyakiti orang karena beberapa alasan seperti balas dendam, iri hati, benci, dengki, atau ingin lebih unggul dari yang lain. Ilmu teluh dan teranjana inilah yang kemudian disebut sebagai pengiwa, yang banyak berkembang di tengah masyarakat Bali dan seringkali dijustifikasi sebagai ilmu leak berbasis black magic atau ilmu hitam.
Di zaman lampau, orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu leak adalah para petinggi kerajaan. Menguasai leak adalah sebagai ilmu pertahanan dari serangan musuh, terutama dari luar. Oleh karena itu, sebenarnya ilmu leak itu bersifat rahasia yang hanya dipelajari atau dikuasai oleh orang-orang tertentu saja.
Lontar yang menuliskan tentang ilmu Leak diantaranya terdapat pada lontar Tantra Bhairawa, Lontar Kanda Pat dan lontar Siwa Tantra.
Dalam perjalanannya, selanjutnya muncul suatu paham yang berkembang pada pengikut tantrisme yakni aliran Bhairawa yang artinya hebat.
Perkembangan aliran Bhairawa ini kemudian menjurus pada dua aliran yakni “Pengiwa dan Penengen”.
Informasi tentang Leak sebagai ilmu spiritual kebudayaan Bali memiliki permasalahan seperti terjadinya kesalahpahaman yang menyebutkan bahwa leak adalah ilmu sihir jahat, dan cerita Leak ini dipercayai sebagai mitos atau legenda. Kesalah pahaman ini terjadi karena kurang terbukanya informasi mengenai ajaran budaya asli Bali, sehingga beritanya menjadi simpang siur, fenomena ini juga belum dikemas dalam media informasi yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat, sehingga sulit tersampaikan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar